Saturday, September 06, 2014

Lebih Kompleks, 5 Fakta Perbedaan Masturbasi Wanita dengan Pria

Wanita tidak selalu terbuka membicarakan topik masturbasi. Oleh karena itu kegiatan yang juga dikenal dengan istilah onani ini lebih populer di kalangan pria. Padahal, bukan berarti wanita tidak melakukannya baik pada wanita yang masih perawan atau sudah menikah.

Masturbasi pada wanita tentunya berbeda dengan masturbasi yang dilakukan pria. Pada wanita, masturbasi merupakan masalah yang kompleks sehingga pelaksanaannya butuh perhatian lebih. Dikutip dari berbagai sumber pada Jumat (5/9/2014), berikut adalah fakta masturbasi pada wanita:

1. Lebih cepat tanpa pria


Untuk mencapai orgasme pada wanita, masturbasi merupakan cara yang lebih cepat dibandingkan dengan berhubungan intim bersama pasangan. Hal ini bisa jadi karena dengan masturbasi seorang wanita bisa lebih fokus pada kenikmatan sendiri. Jika dibandingkan dengan hubungan seks bersama pasangan, fokus pikiran wanita bisa menjadi terbagi untuk memikirkan kepuasan pasangan.

"Banyak wanita bisa orgasme dalam 2 sampai 3 menit jika mereka masturbasi sendiri. Akan tetapi bersama pasangan waktu yang dihabiskan untuk orgasme bisa mencapai 10 menit atau bahkan tidak orgasme sama sekali," kata pakar seks Carlyle Jansen, penulis buku tentang masturbasi wanita berjudul Sex Yourself.

2. Jarang dilakukan


Menurut survei dari National Survey of Sexual Health and Behavior, Amerika Serikat, 25 persen pria melakukan masturbasi minimal tiga kali per minggu dan setidaknya 55 kali dalam sebulan. Tapi bagi perempuan, angka statistik masturbasi jauh lebih rendah. Hanya 10 persen wanita melaporkan masturbasi tiga kali per minggu dan 38 persen ke bawah melakukannya sebulan sekali.

Kenapa jumlah masturbasi yang dilakukan wanita lebih sedikit bisa jadi karena cap buruk masturbasi pada wanita dari masyarakat.

3. Butuh persiapan


"Pria bisa berada di toilet Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang kotor dan tetap melakukan masturbasi," kata Sadie Allison, PhD, penulis buku The Mystery of the Undercover Clitoris: Orgasmic Fingertip Touching Every Woman Craves.

Tidak seperti pria, bagi wanita kondisi lingkungan merupakan faktor yang penting. Banyak wanita membutuhkan fokus mereka, dan jika ada gangguan apapun hal tersebut dapat mematikan gairahnya.

4 Gerakan tangan lebih halus


Saat pria masturbasi, tangannya menggenggam dengan mantap dan bergerak kasar. Pada wanita di lain sisi gerakannya lebih halus dan perlahan.

"Pikirkan seperti ada bulu mata tersangkut di dalam mata. Anda menarik kelopak mata anda dengan lembut dan menggunakan ujung jari untuk menggosok perlahan. Itulah cara lembut yang harus dilakukan saat menyentuh klitoris wanita," kata Allison.

Klitoris memiliki ujung saraf dua kali lebih banyak dari kepala penis sehingga sangat sensitif bahkan terhadap sentuhan lembut. Beberapa wanita mungkin suka gerakan yang kasar tapi sebagian besar wanita butuh pemanasan dengan gerakan lembut sebelum menerima kontak fisik yang lebih intensif di klitorisnya.

5. Banyak Cara Masturbasi


Jika pada pria masturbasi hanya dapat dilakukan dengan menstimulasi satu bagian tubuh saja, pada wanita ia dapat merangsang beberapa bagian tubuhnya. Seorang wanita mungkin tidak akan langsung merangsang bagian kewanitaannya saat masturbasi, melainkan dimulai dari pijatan halus pada payudara dan paha bagian dalam.

"Wanita cenderung untuk merangsang seluruh tubuhnya seperti leher, payudara, lengan, dan labia. Pria umumnya hanya fokus saja dengan bagian awal, tengah, dan akhir pada penis," terang Jansen.
Read more

Studi Sebut Pria Berwajah Tampan Bisa Jadi Kualitas Spermanya Rendah

Hmm, mungkin banyak laki-laki yang ingin memiliki wajah tampan sehingga menjadi pujaan banyak perempuan. Tapi studi tentang kaitan wajah dan kesuburan ini bisa jadi membuat pria berwajah tampan mengerutkan kening. Sebab studi menyebut pria berwajah tampan yang membuat banyak perempuan tertarik memiliki kualitas sperma yang rendah.

Journal of Evolutionary Biology yang terbit pada September 2014 dan dikutip pada Sabtu (6/9/2014) menyebut wajah pria dianggap sebagai prediktor penting untuk preferensi kawin oleh perempuan. Sebab ciri wajah sangat mungkin memberikan tanda kualitas yang dimiliki seseorang. Kualitas yang dimaksud antara lain kesehatan dan kecerdasan.

"Peningkatan level testosteron telah terbukti mengganggu produksi sperma," kata para peneliti.

Dengan menggunakan teknik Phenotype Linked Fertility Hypothesis (PLFH), penelitian ini menyelidiki apakah ada potensi kemampuan untuk memilih pasangan yang subur. Studi itu melibatkan 62 orang Kaukasia yang merupakan mahasiswa dari University of Valencia, Spanyol.

Para laki-laki itu diminta untuk tidak bermasturbasi ataupun melakukan hubungan seks selama 3-5 hari. Setelah itu sperma mereka dikumpulkan.

Analisis air mani kemudian dilakukan, di mana motilitas dan konsentrasi sperma diukur menurut kriteria Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Setelah itu para laki-laki itu difoto dari depan dan samping. Kemudian foto dipindai dan topeng oval berwarna hitam ditaruh di atas foto untuk meminimalkan efek visual gaya rambut. Dari proses penelitian terungkap bahwa laki-laki cenderung menganggap wajah sebagai daya tariknya. Karena itu kebanyakan laki-laki tampan sibuk membuat dirinya selalu terlihat menarik. Ketika itulah testosteron meningkat, yang malah mengganggu produksi sperma sehingga kualitasnya pun menjadi rendah.

Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa para pria cenderung berlebihan dalam menilai daya tarik pria lain terhadap lawan jenis. "Hasil penelitian kami juga menunjukkan bahwa manusia mungkin lebih sensitif terhadap isyarat daya tarik wajah dalam populasi mereka sendiri," simpul para peneliti.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh University of Oxford dan University College, London. Dalam penelitian itu disebutkan pria tampan sibuk tebar pesona ketimbang memperhatikan produksi sperma dalam dirinya. Sebaliknya, laki-laki dengan wajah yang tidak tampan justru tidak tebar pesona sehingga cenderung memiliki sperma yang berkualitas. Namun perlu dicatat penelitian oleh University of Oxford dan University College itu baru dilakukan pada ayam dan ikan.
Read more